Kamis, 25 Oktober 2018

Hujan itu mengingat ku saat di tanah borneo bersamamu

ingat gak mas? di tengah-tengah hujan yg rintik-rintik waktu pagi itu. Di rumah dinas yang kecil, aku terlelap di kasur karena kelelahan setelah membersihkan seluruh lantai rumah. Aku tak ingin mengganggumu kala itu karena engkau masih asyik membaca buku untuk persiapan tes CPNS. Tak ku sangka,adzan dhuhur membangunkan ku dari tidur cantikku. Engkau tersenyum lebar menyambutku dan mengajakku ke ruang tengah. Masih lekat udara dingin menyentuh tubuhku, tersedia hidangan makanan yang lumayan banyak. Ada mie, ayam, kuah, kerupuk dan minuman. Ya,kamu diam-diam memasakkan ku mie ayam. Ternyata engkau menyiapkan ini untuk menyambut hari ulangtahun ku. Betapa bahagianya diri ini. Meski sederhana, aku bersyukur memilikimu mas.
Kami terbiasa hidup mandiri di tanah Borneo. Keadaan yang menuntut kita, apalagi aku harus selalu memutar otak dan menyiapkan masakan untuk suami setiap harinya. Sayuran disini terbilang mahal, jadi aku variasikan dengan lauk berupa ikan segar, yang harganya lebih miring. Ikan disini besar-besar, seringnya aku kesusahan untuk mengolahnya. Engkau tak bosan untuk membantuku membersihkan kulit-kulit Ari ikan. Mulai dari ikan bandeng, cumi-cumi, kepiting, dan ikan segar lainnya.
Di saat subuh dan Maghrib, inilah momen yang ku rindukan bersamamu. Disana kita saling mengingatkan satu sama lain. Sebelum subuh, kita sempatkan menggelar sajadah untuk menunaikan ibadah sunah shalat tahajud berjamaah. Maghribnya, sambil mengeluarkan motor dinas, ku tunggu engkau di depan rumah dinas. Bak pasangan berpacaran, engkau memboncengkan ku dengan motor dinas menuju masjid untuk menunaikan shalat Maghrib. Setelah itu, kadang engkau mengajakku mencoba makanan gado-gado dekat masjid, yang ternyata juga sama-sama saudara kita asli dari Jawa, atau kwietiau yang Deket Polsek kecamatan. 
Ada waktu kita sempatkan untuk tilawah bersama meski hanya 1  halaman. Setelah engkau tilawah, lalu engkau membantuku untuk menyimak bacaanku dan tajwidnya. Hehe kadang aku masih salah dalam mengucapkan nya, tapi agar aku belajar siap untuk menyambut buah hati kita. Dan seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Aku bahagia bersamamu dan hal yang romantis inilah yang selalu kadang kita lupa karena kesibukan duniawi kita. Semoga kita bisa Istiqomah dalam membangun majelis kita.
 Hal yang seru dan tak terlupakan juga didapatkan, saat aku menemanimu mengambil air bersih dari mata air yang jaraknya mungkin sekitar minimal 3 km dari rumah dinas. Dengan melewati jalan yang tidak beraspal dan kalau habis hujan pasti licin dilewati. Aku ingat, saat aku tak bisa menemanimu, engkau pulang dengan 'tatu'/luka kecil di kaki karena terpeleset di jalanan itu.
Ada yang namanya posyandu keliling. Sebelum menempuh perjalanan air dengan perahu, biasanya teman-teman puskesmas lain memakai ambulans. Lumayan jauh sih menurutku, sekitar 15-30 km dari rumah dinas dan puskesmas kami. Engkau dengan senang hati, mengajakku untuk 1 motor berdua. Hehe,lagi-lagi kayak orang pacaran, aku harus berpegangan dan melingkarkan tanganku pada perutmu. Karena memang jalan yang kami lewati tidak begitu mulus. Meski sebagian ada yang beraspal, tapi banyak jalanan yang sudah rusak dan banyak lubang-lubang. Walau jauh, kita lewati bersama dengan ceria. Kadang kalau weekend dan suami baru libur jaga, kami menyempatkan berangkat dari kecamatan pesisir. Setelah melepaskan penat dengan mengunjungi pesisir pantai di kecamatan sebelah. Agak jauh juga sih,hhee berapa ya kira-kira sekitar 50 km lebih harus dilewati dengan motor dinas kecil.
Hal lain yang tak bisa dilupakan, aku pernah menemanimu begadang di puskesmas sampai pagi jam 3. Kenapa? Karena harus menemanimu menonton siaran badminton live di TV yang terpasang di lobi puskesmas. Di rumah dinas, sebenarnya ada TV, hanya saja katamu tidak bisa dipakai. Masak aku harus tidur sendiri di rumah dinas, yang belakangnya hutan, hiiii.. Sambil ditemani 2 cangkir kopi hangat, saat itu kita cuma berdua saja menontonnya. Pak penjaga puskesmas ternyata tidak datang untuk bergabung dengan kami. Bayangkan, masih ada banyak suara serangga, dan lobi nya terbuka, jadi kalau melihat ke belakang akan terlihat hutan, hiii..
Aku suka juga saat kita berhasil membuat hidangan kepiting bersama. Haha, aku tahu, kamu pasti gampang pusing kalau hanya mencicipi sedikit kepiting. Padahal kita membuat hampir 2 kg, 1 kg untuk ku sendiri, 1 kg untuk temen-temen puskesmas. Karena sering di tempat posyandu yang berada di muara, kepiting dijual dengan harga yang miring. Paling 15-25 ribu 1 kg nya. Meski kami memasak seadanya, Alhamdulillah temen-temen puskesmas suka dan pasti menghabiskan nya.
Mungkin sedikit yang bisa aku ceritakan. Tapi kerinduan dan memori itu tak bisa hilang. Rindu hidup di tempat PTT bersama mu disana. Ya meskipun kadang akses ditempuh agak susah dan cuacanya lebih panas daripada Jawa, tapi kita bisa belajar menjadi pasangan suami istri yang mandiri. Walau hanya sebentar 2,5 bulan menemanimu disana, tapi ku rasa begitu lama berada disana. Semoga ada kesempatan baik kemudian yang bisa membuat kita lebih mandiri bersama. :-)
-PKU Sruweng, 26 Oktober 2018-
3 Minggu sebelum pelepasan dokter internsip..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar