Minggu, 17 Juli 2016

Khitbah bukanlah ungkapan "cinta", tapi sebuah proses


Wahai hati yang selalu terbolak-balik.
Tiap manusia pasti merasakan dan merisaukan, khususnya perempuan dan laki-laki yang sudah baligh dan mandiri, sesuatu yang namanya "Jodoh".
Mungkin sudah banyak orang mengartikan, mengucapkan hingga membuat buku tentang "Jodoh"

Jodoh itu Unik
Kadang yang dikejar-kejar, menjauh
Kadang yang pernah jauh, mendekat
Kadang orang yang terdekat, menjauh
Kadang orang yang jauh, jarang bertemu, sekali bertemu, langsung bertamu ke rumah

Jodoh itu Unik
Pasti tiap pribadi kita, khususnya anak muda, senang untuk membandingkan wajahnya dengan wajah temannya.
Dicocok-cocokan wajahnya, kok hampir mirip ya senyumnya?  Kok mimik wajahnya hampir sama ya ma aku? Apakah dia jodohku?

Jodoh itu Unik
Kadang yang sudah mempelajari sebagian agama, ingin dirinya melalui sebagian proses yang sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW.



Ta'aruf-Khitbah-Menikah
- Ta'aruf: pendekatan,, pendekatan itu juga tidak sembarang pendekatan saja. Bisa pendekatan melalui orang ketiga. Pendekatan dengan saling menukar biodata masing-masing dan pertanyaan yang akan diutarakan masing-masing yang berhubungan dengan rencana masa depan. Boleh satu, dua atau cuma beberapa kali bertemu kalau bisa ada orang ketiga yang mahramnya yang menemani.
- Khitbah: setelah proses ta'aruf dan mengenali satu sama lain sudah cukup, dilanjutkan khitbah. Menurut saya, disini khitbah bukan ungkapan rasa "cinta", tapi proses menuju menikah. Khitbah dan menikah juga jangan terlalu lama jaraknya. Maksimal 5 bulan kalau bisa. Di saat itulah, masing-masing laki-laki dan perempuan saling menguatkan keteguhan hatinya dengan selalu beristiqoroh di 1/3 malam. Karena apa? Di proses ini, ujian besar pasti akan datang dari syetan yang berusaha membisikkan telinga & mengusik hati yang mudah terbolak-balikkan ini.
- Menikah: Inilah waktunya, laki-laki mengikrarkan dirinya untuk meminang perempuan yang dikasihinya, sebagai jalan menunaikan sunah Rasul dan menjalani proses yang dihalalkan dan diberkahi Allah SWT di depan wali dan penghulu ulama. Tapi sebagian orang mungkin masih was-was untuk masuk fase ini, banyak alasan yang dilontarkan, seperti yang saya kutip dari penulis dan motivator terkenal @setiafurqonkholid, 7 alasan gak nikah-nikah :
1. Masih belum mapan
Emangnya sarat nikah itu mapan? Lebih baik berjuang bersama istri untuk mapan setelah halal. Lebih berkesan gitu deh
2. Masih belum punya dana nikah
Nikah itu sederhana saja. Yang harus istimewa itu hidup setelah menikah
3. Mau ngejar karir dan titel dulu
At-ati, keasyikan ngejar karir bisa lupa nikah lho. Ati-ati yang lagi asyik ngejer S2 atau spesialis, kapan mau nikahnya?? Ortu dah nunggu nimang cucu tuh. Jangan asyik cari pokemon terus. (hehe itu tambahan tulisan saya ini)
4. Belum ada calonnya
Ya ikhtiar donk. Perbanyak silahturahmi dan ungkapkan keinginan ini pada orang tua agar dibantu beliau juga. Luaskan pergaulan, tingkatkan kualitas keimanan
5. Ortu belum ngizinin
Coba cek apa sebabnya. Kalau kita belum dewasa, coba perbaiki perilaku kita. Kalau liat kita belum mandiri, belajarlah mandiri dan berbagi rezeki melalu sodaqoh
6. Masih terlalu muda
Justru sedini mungkin kita mempersiapkan, lebih bagus. Ingat, kesuksesan adalah momentum bersama peluang bertemu persiapan
7. Nunggu doi melamar
Ya kelamaan nunggu doi bertahun-tahun yang belum datang. Banyak alasan dan nggak ada kepastian. Cari tuh yang pasti-pasti

Masya Allah, 7 alasan dan sedikit solusi yang mudah kita pahami dari @setiafurqonkholid ini   bisa kita ambil makna dan hikmah khan. Bahwa kenapa takut untuk menikah di usia dini?
Jujur, saat saya menulis postingan ini, saya pun sebenarnya juga masih belum menikah dan dikhitbah laki-laki, masih dalam penantian dan perbaikan diri.

 Saya hanyalah wanita yang sangat jauh dari kata sempurna, setiap hari tak lupa untuk beristighfar dan selalu bersyahadat agar kita selalu mengingat Allah SWT. Wanita akhir zaman baiknya meneladani dari wanita-wanita terdahulu di zaman Rasulullah SAW.

Wahai Ukti, yuk kita belajar seperti Bunda Khodijah, menjadi muslimah yang dermawan, selalu taan dan beriman dengan perintah ALLAH SWT, mematuhi perintah suami
Wahai Ukhti, yuk belajar dari Fatimah, menjadi anak yang sholehah dan berbakti kepada orang tua
Wahai Ukhti, belajarlah dari Asiyah, tentang arti kesabaran dan tidak meninggalkan Allah dalam keadaan sesakit apapun
Wahai Ukhti, belajarlah dari Maryam, Menjadi muslimah yang pandai menjaga kehormatan dan kesucian diri, tidak minim akan nilai moral.

Semoga kita selalu bisa bermuhasabah, selalu mendapatkan hidayah, terus terus memperbaiki diri dan bersabar serta yang bagi belum menemukan jodohnya, segera disegerakan. Amin Ya Rabbal 'alamin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar